Jingga dan Senja 2 – Jingga dalam Elegi

- Pengarang : Esti Kinasih
- Genre : Drama
- Tebal : 392 hlm ; 20 cm
- Penerbit : Gramedia
- Harga : 50.000 IDR
- Pertama terbit : 2011
- Cetakan ke-4 : Mei 2011
- Tanggal Beli : 27 Juni 2011
Sejak peristiwa pagi hari saat melihat
mata Tari bengkak, Ari jadi penasaran. Benarkah itu hanya karena Ari
menghapus nomor HP Ata dari HP Tari, ataukah karena Angga? Kalau memang
karena Angga yang notabene musuh bebuyutan Ari, Ari ingin tahu apa yang
telah dilakukan cowok itu terhadap Tari.
Setelah menemukan a shoulder to cry on pengganti
Angga dalam diri Ata, perlahan-lahan Tari mulai melupakan Angga. Sikap
Ata yang bertolak belakang dengan Ari membuat Tari nyaman bersama Ata.
Ia pun curhat habis-habisan kepada Ata yang lembut, penuh perhatian,
baik hati, dan yang baru belakangan Tari sadari berhasil membuat
jantungnya berdebar tak keruan. Gangguan dan intimidasi Ari sampai tidak
diacuhkannya. Inilah yang membuat Ari makin salah tingkah-kini
saingannya bukanlah Angga, melainkan saudara kembarnya sendiri.
Namun, saat Tari merasa telah menemukan pelabuhan hatinya, satu rahasia besar perlahan-lahan terkuak.
Tari merasa… lambat laun Ata semakin mirip Ari….
Review :
Kini Ari semakin mati-matian ngerjain
Tari. Bener-bener ngerjain. Bahkan pake cicak segala trus si Tari
pingsan. Hew, cara yang aneh buat pedekate. Tapi ya, sepertiga
awal aku baca buku ini, aku ngerasa kemunculan Ata tu lebih dominan
daripada Ari. Ata sering ke Jakarta buat ketemuan ma Tari. Bahkan
sekarang Ata lebih berani buat ngajak Tari ngedate walaupun
beberapa kali harus mengusir Fio dengan halus biar Ata bisa pergi berdua
aja sama Tari. Yang lucu, Ata jadi sering nyuap Fio pake entah itu roti
keju buatan hotel, atau bahkan sekarung film Korea biar Fio nggak jadi
pergi sama Tari. Ckck..
Oia, diceritakan kalo Ata udah tahu
rumah Ari, dan ia ngajak Tari buat liat sekilas. Maksudku ‘sekilas’
emang bener-bener sekilas. Soalnya Ata selalu memacu mobilnya kenceng
kalo lewat depan rumah Ari, jadi Tari harus pasang mata baek-baek kalo
mau liat. Tapi rupanya Tari jatuh cinta berat sama rumah mewah Ari.
Kenapa? Soalnya rumahnya serba matahari.. Bahkan ada dua patung Helios
―dewa matahari Yunani Kuno― di gerbang rumah Ari. Tari bahkan berulang
kali meminta Ata buat lewat depan rumah Ari hanya untuk mendapatkan
lebih detail rumah Ari yang ada di dalam sebuah perumahan elit itu. Wah,
ampuun.. Sampai suatu kali hampir aja mereka kepergok karena waktu
lewat, motor Ari nangkring di carport rumah itu, dan pintu
depan rumah terbuka sedikit. Untuk mengetahui apakah Ari tahu mengenai
Tari yang sudah mengetahui ―halah― rumah Ari, Tari mengintai gelagat Ari
di sekolah. Apakah ada perubahan. Secara, selain Ari punya saudara
kembar, fakta keberadaan rumah Ari yang misterius itu merupakan rahasia
besar Ari yang kedua. Jadi pasti tamat riwayat Tari kalau Ari sampai
tahu cewek itu tahu mengenai rumahnya. Tapi setelah beberapa hari
mengintai dan dikerjain, Tari dan Fio sepakat kalau Ari tidak tahu
mengenai ini.
Nah inget kan, kalo di review ku
mengenai buku Jingga dan Senja, aku curiga kalo Ata sama Ari itu
sebenernya satu orang yang sedang memainkan peran besar..? Dari awal aku
baca buku ini aku selalu berpegangan sama keyakinan itu, jadi aku
selalu menghubung-hubungkan kalo Ata lagi muncul sementara Ari nggak
ada. Tapiii, suer, ada saat keyakinanku itu goyah. Soalnya waktu Ata ma
Ari lagi ngedate trus ada SMS dari Ari yang bilangnya ngelihat mereka berdua, dan nada SMSnya itu marah banget, aku masih mikir, “ah, ini masih bisa akal-akalan Ari aja. Dia punya cara buat pura-pura nelpon dan SMS Tari disaat cewek itu ada di sebelah Ata.”.
Tapi kemudian aku jadi semakin semangat baca karena tiba-tiba ada ‘Ari’
yang menghadang mobil mereka di jalan. Bahkan Ari merusak dan
memecahkan spion mobil Ata sementara Ata dan Tari ada di dalam mobil.
Tapi sayangnyaa, cowok yang mengendarai motor hitamnya Ari itu pake
jaket dan helm, jadi nggak keliatan bener-bener Ari bukan di dalamnya. “Hahh.. kalo gini bisa jadi Ari nyuruh Oji atau siapa kek buat ngebantuin dia pura-pura jadi ‘Ari’”, pikirku kemudian.
Pasca insiden itu, Tari merasa aneh
karena selama empat hari kedepan Ari nggak ngegangguin dia. Trus nanti
ada saat dimana Ari merenungkan tentang perbuatannya dan ia merasa
menyesal tapi memutuskan bahwa ia tidak bisa mundur lagi dari ‘cara
ini’. Naaah.. Inilah yang kembali meyakinkanku bahwa Ata itu ya Ari!
Ampuunn..
Tapi ternyata setelah empat hari inilah
masa tenang itu berlalu. Ari kembali menghantui Tari. Tapi sayangnya
kali ini dengan pengakuan-pengakuan yang membuat Tari marah dan bingung.
Dengan santainya Ari mengatakan bahwa Ata itu nggak jauh beda sama Ari.
Ata itu perokok berat, tukang berantem ―lebih parah dari Ari, trus Ata
itu raja trek-trekan, tukang mbolos, dan yang lebih parah jago minum
alkohol. Jelas aja Tari marah dan menuduh Ari telah memfitnah Ata. Saat
Tari dengan kemarahannya pergi meninggalkan Ari, Ari dengan sigap
mengejar, menarik, dan memeluk Tari. Hanya sekejap. Tapi berefek besar.
Tari membeku di tempat dan mencerna kalimat yang di bisikkan Ari bahkan
hingga cowok itu berlalu. “Gue pingin banget meluk elo. Udah nggak inget lagi sejak kapan gue harus mati-matian nahan diri.”. Weeeew….
Beberapa hari kemudian, karena Tari
tidak menjawab telepon dan SMS-SMS Ata, Ata nekat nemuin Tari dengan
mencari anak itu di setiap bus yang biasa Tari tumpangi. Di bus
kesembilan akhirnya Tari ketemu. Mereka pun lalu turun dan kembali ke
mobil Ata, lalu pergi ke sebuah taman kota dimana Ata kemudian bercerita
panjang lebar. Ata mengakui bahwa semua yang Ari bilang mengenai
kebiasaannya itu benar. Ata juga curhat mengenai keluarganya. Diluar
dugaan, ternyata Tari menerima semua ini dengan tenang. Mereka pun lalu
jalan-jalan setelah perasaan lega melingkupi Ata. Mereka menemukan
deretan kios-kios barang bekas dimana nanti Tari menemukan sebuah mesin
jahit kuno yang mirip dengan yang mamanya punya dan ia berceloteh
menceritakan perihal mesin jahit pemberian neneknya itu dan tentang
serunya kalau sedang mengunjungi neneknya di desa. Tanpa Tari sadari,
ternyata Ata sedang syok berat karena ia melihat sebuah benda, entah
apa, yang membangkitkan memorinya. Bahkan Ata sampai pucat layaknya
mayat dan harus bersandar ke tiang lampu untuk menopangnya. Tari cemas
setengah mati melihat tingkah Ata yang aneh ini. Apalagi Ata langsung
menarik Tari kembali ke mobil dengan ketergesaan dan mengantarnya
pulang. Namun rupanya Ata tidak mengantarnya sampai rumah karena cowok
itu menghentikan sebuh taksi buat Tari namun tidak seperti kebiasaan,
Ata langsung kembali ke mobil tanpa mengucapkan pamitan atau apa. Tari
yang cemas dan bingung langsung meminta pak sopir buat ngikutin mobil
Ata yang tadi langsung berputar balik. Tari tahu kemana Ata pergi. Benar
saja, Ata kembali ke pasar barang bekas tadi dan kembali berdiri di
depan kios yang membuatnya terus membeku, bahkan hanya berdiri dengan
mata terpaku hingga lewat waktu kios itu tutup, pukul lima sore. Tari
yang mengamati tingkah Ata dari kejauhan semakin cemas saat melihat
cowok itu malah mundur dan bersandar pada tiang lampu tadi dan lalu
terduduk lemas dengan kaki tertekuk namun tetap menatap kios. Bahkan SMS
Tari kirim yang ringtone-nya jelas-jelas keras tidak menyadarkan Ata dari lamunan. Ada apakah ini??
Ternyata mesin jahit itulah masalahnya!
Hari berikutnya, Ari yang mati-matian ingin mendapatkan mesin jahit itu.
Bahkan ia rela harus membayar tiga kali lipat untuk mesin jahit kuno
ini. Namun sayangnya mesin itu sudah milik orang lain. Dengan lunglai
Ari pergi dari kios dan pergi kesekolah untuk melepas frustasinya.
Seharian penuh ia membuat masalah. Membuat keonaran. Tari semakin
bingung dengan tingkah kedua kembar ini. Bahkan anehnya, Ari juga
mendatangi rumah Tari saat Tari disekolah hanya untuk melihat ibu tari
menjahit dan keadaan ini serta merta menarik Ari sendiri kedalam
kenangan masa kecilnya.
Sumpah. Esti Kinasih ini bikin aku
bingung setengah mati. Terlalu banyak tanda tanya yang ia buat. Walaupun
aku hampir yakin sepenuhnya bahwa Ari dan Ata itu satu orang yang sama,
kini Esti Kinasih kembali memberikan misteri dan membuatku
berspekulasi, mungkinkah kalau ternyata Ari DAN Tari itu satu ibu????
Gilak.. Bikin bingung abis. Tapi kalau satu ibu, kenapa Ibu Tari nggak
sadar kalau Ari itu anaknya? Kalau emang satu ibu lho yaa.. Tapi ya
ampun. Hal ini masih tetap dijadikan misteri sampai hampir akhir cerita.
Yang bikin aku terperangah, ada satu paragraf yang membuatku tercengang
dan membuatku berulang kali membacanya untuk mengerti apa maksud
kalimat itu. “… Hanya ada lingkaran dekapan kuat kedua lengan Ari
pada gadis yang menyandang nama yang sama dengan dirinya dan seseorang
yang pernah berbagi rahim sang mama dengannya…” Alamak.. Ambigu nyaa.. Tapi ternyata aku salah terka.. hha.. harap maklum, kan cuma main tebak jalan cerita, aku =p
Ata mulai menghilang. Ponselnya tidak
pernah aktif. Kini sikap Ari berubah, ia menjadi pribadi Ata dan semakin
menunjukkan cinta kasihnya pada Tari. Hanya Tari yang terus dibuat
bingung dengan sikap Ari yang aneh ini. Suatu ketika Ari membuat Tari
ketakutan dengan berkata bahwa Ata harus mati. Jelas aja Tari
mencernanya secara harfiah. Ia dan Fio jadi bingung dan takut. Ari
berkata ia akan mengizinkan Ata pamit dengan Tari. Benar saja, dua hari
kemudian, sepulang sekolah Ata muncul di halte bis tempat Tari dan Fio
menunggu angkutan mereka. Ata dan Tari ngobrol dan Ata meminta bantuan
Tari, yaitu nemenin cowok itu datang kerumah Ari buat ketemu langsung
dengan tu cowok. Tiga hari kemudian, mereka berdua beneran pergi kerumah
Ari, dan apa yang terjadi? Segalanya runyam! Kacau.. Dan apa yang
kutebak bener! Sosok Ata itu antara ada dan tiada.. Hew.. Rupanya Ari
memang berperan jadi Ata, namun sosok Ata memang nyata. Ari memang punya
kembaran, namun ia tidak pernah tahu keberadaannya. Ya ampun.. Aku baca
bagian segala kerumitan hidup sosok Ari tu bener-bener kasian.. Dampak
perpisahan dan ditinggalkan oleh keluarga, apalagi dua sosok terpenting
dalam hidupnya, sang ibu dan sang kembaran =’( dan sekarang Tari pun
meninggalkannya. Tari terlalu marah dan kecewa. Wajar sih kalo kubilang.
Tapi ada satu bagian yang aku suka juga.
Yaitu bagian dimana akhirnya Ari memberitahukan kenyataan hidupnya pada
kedua sohib baiknya, Oji dan Ridho. Kedua sosok ini sangat ―sangat―
menyentuh hati. Sangat… keren. Persahabatan yang mereka tawarkan juga
sangat ―sangat― manis. Belum lagi saat akhirnya Ari mengungkapkan
keberadaan rumah Ari kepada mereka, ya ampun.. aku ngebayangin wajah
kagum dan nggak percaya mereka pastilah sangat lucu ^^
Dan akhirnya, teman-teman… Ari
mengetahui keberadaan sang Ibu dan Ata! Ya ampuuuun, aku terharu
bangeeet! Ata manis banget.. Kini mereka berdua tinggal di Malang,
tinggal dengan nenek dan kakeknya, karena Ibunya nggak sanggup
menyekolahkan Ata di Jakarta. Bahkan ternyata Ata harus kerja juga.
Hhuhuhu.. Gimana nggak trenyuh coba?! Yang satu hidup enak, yang satu
hidup susah. Memang udah sering sih tema tentang saudara kembar yang
terpisah dimana yang satu hidup senang yang satu hidup susah. Tapi
rasanya tetep beda kalau cerita ini tertuang dalam bentuk tulisan.
Perasaan sang tokoh tu lebih bisa tersalurkan, lebih tergambarkan.
Hadoh, aku paling ―paling― suka sama bagian ini deh..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar